Tuesday, 25 May 2021

APA YANG SAYA PELAJARI DARI CIKO SEBAGAI MAHASISWA TEOLOGI ?

        Ciko, adalah seekor anjing peliharaan Mamak Winda, isteri seorang pegawai di kampus STT Mamasa yang rumahnya tepat berseberangan dengan secretariat PM STT Mamasa. Kebetulan juga, saya tinggal di secretariat. Setiap pagi ketika saya turun dari lantai 2 sekretariat, dengan ekspresi gembira sembari mengibas-ngibaskan ekornya Ciko selalu menyambut seolah menyampaikan selamat pagi.

         Belum lagi ketika misalnya saya pergi ke luar kampus jalan kaki, Ciko selalu mengikut (terkadang berjalan di depan, di samping, ataupun di belakang). Atau ketika dalam keramaian di kampus Ciko jalan-jalan dan orang-orang merasa terganggu, saya suruh duduk dan dan dia langsung duduk. Dan masih banyak lagi pengalaman “kedekatan” saya dengan Ciko.

            Sebagai mahasiswa teologi, pengalaman saya dengan Ciko membawa saya untuk melihat Ciko sebagai salahsatu gambaran bahwa dari semua ciptaan Tuhan, yang berperasaan itu bukan hanya manusia, tetapi juga ciptaan lainnya.

            Dari Ciko, saya melihat lebih luas lagi. Dalam sebuah diskusi yang kami lakukan pada kegiatan ibadah padang mahasiswa, beberapa mahasiswa menggambarkan tentang bagaimana alam semesta dalam kaitannya dengan tradisi lokal bahwa mereka juga mempunyai jiwa. Juga dalam cerita rakyat Mamasa (Toyolo), binatang, pohon, juga bisa berbicara sebagai gambaran bahwa mereka juga mempunyai jiwa.

            Sangat disayangkan, sudah ada beberapa aktivitas manusia yang sifatnya malah mengeksploitasi alam hanya untuk memenuhi kepuasan manusia sendiri, seolah-olah tidak memikirkan bagaimana ciptaan lain yang ada di alam juga beraktivitas menjalani kehidupannya. Saya tidak terlalu tahu mengapa manusia bersikap demikian, akan tetapi, saya menduga mungkin pemahaman bahwa manusia adalah superior dari ciptaan lainlah yang melatarbelakangi hal demikian.

Dalam mata kuliah Ekoteologi, saya juga menarik satu kesimpulan bahwa mahasiswa diajak untuk membangun sebuah paham tentang bagaimana memandang alam semesta sebagai subjek, bukan objek. Ciko telah menghantar saya pada pandangan yang seharusnya pada alam sekitar saya. Bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan, saya juga ciptaan Tuhan.

Sunday, 18 October 2020

Banjir dan Longsor di Messawa, Mahasiswa STT Mamasa Adakan Bakti Sosial

 

Foto : Mahasiswa STT Mamasa bersama warga dan TNI bersihkan material longsor yang menimbun jalan.

PM STTM, Mamasa-, Pada hari Kamis, 8 Oktober 2020 malam, banjir bandang dan longsor melanda wilayah Messawa, tepatnya di desa Rippung. Bencana tersebut merusak area persawahan dan kebun warga, juga menutup akses jalan masuk ke dalam 3 dusun.


Menyikapi peristiwa ini, mahasiswa STT Mamasa bekerja sama dengan pihak kampus melaksanakan bakti sosial di daerah terdampak tersebut pada tanggal 17-18 Oktober 2020.


Kurmei Putra, selaku ketua panitia sekaligus ketua BEM PM STT Mamasa mengungkapkan bahwa itu adalah bentuk kepedulian STT Mamasa untuk berbagi dengan sesama, serta sebagai wujud kesadaran akan eksistensinya sebagai lembaga yang harus melayani.

 

"Jadi apa yang kami lakukan ini, tidak lain dari keterpanggilan kami untuk melayani dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Kami juga menyadari sebagai lembaga yang harus melayani mesti berpartisipasi aktif dalam pelayanan-pelayanan seperti ini" Ungkapnya.

 

Pada kegiatan ini, mahasiswa STT Mamasa menyalurkan bantuan logistik berupa bahan makanan serta melakukan kegiatan gotong-royong membersihkan material longsor yang menimbun jalan bersama-sama dengan masyarakat setempat dan juga dari prajurit TNI.

Monday, 15 June 2020

Aktivitas di Kampus STT Mamasa Mulai Aktif Hari Ini, Tetap Mengikuti Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19



PM-STTM, Mamasa- Setelah adanya surat edaran pemerintah Kab. Mamasa tentang Pemberlakuan Tatanan Hidup Baru (New Normal Life) Terbatas, maka melalui keputusan rapat pimpinan STT Mamasa bersama dengan BPMS GTM kampus STT Mamasa mulai mengaktifkan aktivitas perkuliahan di kampus hari ini, Senin 15 Juni 2020.


Dalam pelaksanaannya, pembukaan dan pengaktifan aktivitas akademik di kampus ini juga tetap melakukan berbagai upaya pencegahan penularan virus dengan memperhatikan protokol kesehatan sesuai dengan petunjuk WHO. 

Tampak, segenap mahasiswa dan dosen datang di kampus dengan tetap mengenakan masker, serta juga tetap menyediakan tempat cuci tangan di depan kampus. Juga, dalam pelaksanaan perkuliahan, tempat duduk mahasiswa disusun dengan jarak tertentu. 


 Foto : Mahasiswa yang antrean cuci tangan sebelum masuk wilayah kampus

Hal ini dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut perkuliahan yang dinilai tidak maksimal selama #BelajarDiRumah. Dalam surat pemberitahuan yang diedarkan pimpinan STT Mamasa, disebutkan supaya semua perkuliahan dapat tuntas selama pelaksaanaan perkuliahan di kampus. Juga disampaikan dalam surat itu, bahwa untuk mencegah penyebaran pandemic covid-19, maka mahasiswa yang tinggal di zona merah tidak perlu ke Mamasa, namun akan mengikuti pembelajaran online dari dosen mata kuliah yang bersangkutan.

Cristian Very, Ketua BEM STT Mamasa, berharap bahwa pengaktifan aktivitas perkuliahan di kampus dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang maksimal. “kita berharap, perkuliahan di kampus ini dapat berjalan dengan maksimal dan mahasiswa dapat memperoleh materi kuliah secara baik” ungkapnya.

Juga salah seorang mahasiswa, Perianto Mesalangi, mengungkapkan bahwa STT Mamasa harus mampu menyesuaikan perkuliahan setelah melewati pandemi ini apalagi memasuki New Normal Life. “selama pandemi, mahasiswa juga banyak mengikuti webinar-webinar online yang dilaksanakan oleh kampus teologi lain yang cara belajarnya tentu berbeda dengan cara belajar di sini. Karena itu, semoga ke depan proses pembelajaran harus juga mampu bersaing dengan yang lain, sehingga mahasiswa tidak bosan dengan perkuliahan disini, apalagi ada mahasiswa yang menonton ataupun mengikuti webinar dengan kelas pembelajaran yang berkualitas” jelasnya.

Dipublikasikan Oleh :
Divisi Informasi dan Komunikasi BEM PM STTM

Saturday, 28 September 2019

Tahun Ini, STT Mamasa Yudisiumkan 63 Mahasiswa











Mamasa, PM-STTM,- 63 Mahasiswa STT (Sekolah Tinggi Teologi) Mamasa tahun akademik 2018/2019 diyudisiumkan yang terdiri dari dua program studi (prodi), yaitu prodi Pendidikan Agama Kristen dan prodi Theologi.

       Mahasiswa yang diyudisium pada hari ini telah mengikuti proses ujian, baik ujian komprehensif, juga ujian meja. Ujian ini berlangsung selama 6 hari, yang dimulai pada tanggal 23 September sampai tanggal 28 September 2019.  Hal tersebut di sampaikan Pdt Stepanus S.Th, M.Min, Pembantu Ketua 2 (P.K 2) bidang keuangan STT Mamasa, saat di wawancarai di ruangannya Sabtu, 28 September 2019.


      Beliau juga mengatakan bahwa ada proses yang panjang dilalui setiap mahasiswa sehingga sampai pada proses ujian, seperti penyelesaian skripsi, penyelesaian administrasi, baik itu administrasi keuangan maupun administrasi akademik juga perpustakaan.

       “Sebelum ujian, ada beberapa syarat yang harus di penuhi oleh mahasiswa seperti menyelesaikan skripsi yang kemudian harus ditanda tangan oleh pembimbing yakni pembimbing 1 dan pembimbing  2 diimana ini menandakan bahwa seorang mahasiswa sudah layak diuji, melunasi pembayaran, selain itu seorang mahasiswa juga mesti bebas administrasi. Bebas administrasi yang di maksud disini adalah ada semacam bebas administrasi keuangan, bebas administrasi akademik, nilai-nilai semester 1 sampai terakhir, kemudian bebas dari perpustakaan” ungkapnya.

       Juga diungkapkan, bahwa dari sekian mahasiswa yang mendaftar ada 95% yang bisa ikut ujian dan masih ada 5% yang tidak bisa ikut karena terkendala dalam banyak hal. Namun, kendala yang dimaksudkan tidak dijelaskan sedetail mungkin saat wawancara berlangsung.

       Dalam acara yudisium, Yubal M.Pd.K selaku ketua panitia ujian menjelaskan bahwa seharusnya yang ikut ujian berjumlah 74 orang, namun yang mendaftar hanya sampai 68 orang yang kemudian di periksa syarat-syarat administrasinya. Dari 68 yang mendaftar dan melalui pemeriksaan itu, ada 2 orang yang tidak memenuhi syarat, sehinggan yang mengikuti ujian hanya sampai 66 orang.  Lalu, dari 66 mahasiswa  tersebut dinyatakan bahwa 63 diantara mereka lulus ujian, sementara 3 lainnya akan mengikuti ujian susulan.

        Dari yudisium ini, tentunya merupakan sebuah kebanggaan bagi STT Mamasa sendiri, yang bisa menamatkan sekian mahasiswanya. Hasil yang di peroleh mahasiswa yang lulus juga pun begitu memuaskan.

      Aprinobel S.Th, salah seorang mahasiswa yang ditanyai saat di aula STT Mamasa, tempat yudisium di laksanakan mengaku merasa lega dan bahagia atas hasil yang dicapainya itu. “harapan saya kedepan, khususnya dalam menghadapi tes pendaftaran vikaris dapat berjalan dengan baik” tambahnya.

       Selamat bagi semua mahasiswa yang lulus pada tahun akademik ini, kiranya dapat berguna dalam medan pelayanan baik dalam gereja maupun bagi bangsa dan negara.


Saturday, 7 September 2019

Membangun Pondasi "versi" PM STTM





  1. Membangun Pondasi "versi" PM STTM 


Hidup sebagai orang Kristen, dasarnya adalah iman. Iman dapat di andaikan sebuah pondasi. Bila pondasi itu kuat, maka bangunan yang di atasnya akan kokoh.


Bila di andaikan lebih lanjut, bahwa dalam membangun pondasi terdapat banyak batu-batu dan campuran pasir, semen & air.. Batu-batu yang keras ini tak akan kokoh, bila hanya di susun dengan sendirinya. sehingga, batu-batu tersebut harus di susun dengan bantuan campuran tadi yang pastinya butuh proses sehingga dapat tercampur dengan baik dan rata agar nantinya dapat kokoh.


Begitulah kira-kira dalam membangun iman jemaat, bahwa akan banyak tantangan yang keras seperti batu. Tetapi dari batu-batu itulah akan terbangun pondasi/dasar iman yang kokoh dengan menghadapi masing-masing tantangan itu dengan penuh kesabaran melewati setiap proses.


Gambar di atas adalah pengerjaan sebuah pondasi/talut di pinggir halaman kampus STT MAMASA. Sambil bekerja, mahasiswa ber-analogi dari apa yang di kerjakan. Dalam semangat kerja sembari berpikir tentang pengandaian ini, lahirnya pemikiran yang di tuliskan di atas.


Bahwasanya 'mungkin' ada saja di antara pembaca yang pemahamannya tidak sesuai dengan hal di atas, maka dari itu kritik dan saran tetap di butuhkan.


Kiranya Tuhan tetap menyertai kita dalam misi pelayanan😊.


Di publikasikan oleh :
Devisi Informasi dan Komunikasi BEM PM-STTM.


Sunday, 18 August 2019

Hikmat Dari Tuhan Melebihi Segalanya

Sumber gambar : https://www.jawaban.com/read/article/id/2016/06/17/58/160616162557/ini_alasan_mengapa_hikmat_lebih_berharga_daripada_emas

Amsal 3:13-14

Hikmat Dari Tuhan Melebihi Segalanya  

              

Menurut pendapat umum, orang yang mampu menyelesaikan studinya pada tingkat tinggi akan di anggap sebagai orang berhikmat. Contoh ; orang yang menyelesaikan studi sampai SMA di anggap memiliki hikmat lebih rendah dari seorang sarjana (S1), kemudian yang berijazah S1 masih dikalah hikmatnya dari lulusan master (S2), dan seterusnya. Tetapi, itu hanya menurut pemikiran manusia. Dalam hal pengetahuan dan juga kecerdasan intelektual memang mereka memiliki tingkat yang berbeda, tetapi orang yang tingkat pendidikannya tinggi belum tentu mempunyai “hikmat” seperti yang di maksudkan dalam Alkitab. Kata hikmat yang di maksud dalam ayat di atas adalah wahyu dari Tuhan. Perihal hikmat ini biasa tidak pernah terpikirkan oleh orang di dunia  ini. Bagi mereka,kecerdasan dan keahlian sudah lebih dari cukup.
               

Hikmat hanya dapat kita peroleh apabila kita memiliki hati yang takut akan Tuhan. Artinya ketika kita taat melakukan segala kehendak Tuhan, hikmat itu akan diberikan. Oleh karenanya, setiap kita harus selalu berusaha mendapatkan hikmat itu. Bagai mana caranya ? “…jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian ; jikalau engkau mencarinya seperti perak,dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapatkan pengenalan akan Allah”.

Sebagai orang percaya, didalam hidup kita ada Roh Kudus yang adalah sumber hikmat itu. Tetapi apabila kita hidup dalam kedagingan, hawa nafsu dan tidak mau tunduk kepada kehendak Tuhan, kita telah memadamkan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Akibatnya hikmat tidak kita dapatkan, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat itu kepada kita. Sebaliknya, jika hidup kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengerti apa kehendak dan isi hati Tuhan. Yang utama adalah mengandalkan hikmat dari Tuhan, kemudian barulah ditunjang oleh kepandaian kita.
                


Thursday, 15 August 2019

Memperingati HUT RI ke-74, Mahasiswa STT MAMASA lakukan pembersihan di sekitar Kota Mamasa






Jumat 16 Agustus 2019, warna ungu dan merah memenuhi jalanan di sekitar kota Mamasa. Pada Jumat pagi, mahasiswa dari Sekolah Tinggi Teologi Mamasa melaksanakan kegiatan “Peduli Lingkungan” dengan berkeliling di kota Mamasa membersihkan sampah-sampah yang berserakan di sekitar jalan dan di beberapa titik pembersihan.

Dalam kegiatan tersebut, turut serta salah seorang staf administrasi bapak Joni Demmarapa S.E untuk mendampingi para mahasiswa dalam menunjukkan rasa kepedulian civitas akademika STT  MAMASA.
“Dasar dari kegiatan ini adalah bentuk partisipasi kita sebagai bagian dari masyarakat yang tinggal di kota Mamasa” Ungkap Melkias, Sekretaris BEM STT MAMASA yang ikut dalam kegiatan tersebut. “ini adalah bentuk rasa syukur kita sebagai warga negara yang dapat memperingati lagi Hari Ulang Tahun Proklamasi kemerdekaan” tambahnya.

Adapun titik-titik pembersihan yang di lakukan oleh mahasiswa tersebut adalah berangkat dari Kampus Ungu, lalu berjalan sambil memungut sampah yang berserakan di jalan menuju Taman Makam Pahlawan, kemudian menuju ke Lapangan Tribun Mamasa. Setelah membersihkan area Lapangan mereka melanjutkan pembersihan di Taman Kota, area eks pasar lama dan melanjutkan lagi membersihkan di Aula GTM lalu kemudian kembali ke kampus.

“kami sampaikan dirgahayu Republik Indonesia yang ke 74, MERDEKA ! “ Ujar Melkias.